Rabu, 11 Juli 2012

Naraya ^.


by. Teh acit cantik

Kau tau, Nararya, seseorang bisa bahagia untuk hal-hal sepele, dan seseorang bisa tidak bahagia karena hal-hal sepele. Keduanya bersumber pada satu hal, yaitu hati. Hati tergerakkan oleh kecintaan. Kecintaan akan seseorang, akan diri sendiri, atau akan hal-hal di sekitarnya. Karena cinta memberikan harapan. Tapi kau tau, Nara, hati yang penuh harapan pada hal-hal fana, kebahagiannya akan sementara. Mudah sekali lenyap seiring ketidakabadian sifatnya. Manusia bisa mati, benda bisa hilang. Hangat dapat menjadi dingin, terang dapat menjadi gelap. Orang dapat berubah, situasi dapat berganti. Kepada apa kau akan menyandarkan hatimu? Anakku, letakkanlah kebahagiaanmu pada hal yang tak tergerus keterbatasan, tak terikat waktu. Yang tidak akan mengecewakan dan tak pernah ingkar. Yang kesempurnaannya tidak berbatas, kebaikannya meliputi segala pengetahuan. 


Sandarkanlah harapanmu, Nak, pada Yang mengizinkanmu terjaga pagi ini dan mengambil semua kelelahanmu hari kemarin, yang mengizinkan kau melihat cahaya dan warna dunia setelah kegelapan malam satu warna yang penuh keterbatasan. Pada Dia yang mengantarkan makanan untuk ragamu agar dapat memenuhi amanahnya di kesempatan baru yang disediakanNya pagi ini. Pada Ia yang selalu memaafkan segala kurang dan tak putus memberikan harapan karena kasih.


Tersenyumlah, Nararya. Bukan untuk mereka atau dirimu. Namun untuk merayakan anugerah dari kekuasaanNya. Yang jika Ia berkehendak, mampu mewujudkan semuanya. Namun tidak dilakukanNya saat ini, karena kecerobohan manusia yang lebih suka melihat ketiadaan daripada apa yang di depan mata. Kita yang lebih suka bertanya "mengapa?", bukannya "mengapa tidak?". Kita yang terus menerus manja berekpektasi manusia adalah boneka, hidup adalah dongeng, dan Tuhan laksana jin lampu yang mengabulkan segala pinta tanpa peduli baik atau buruk peminta. 


Tersenyumlah dan bergembiralah, Nara, sayang. Untuk merayakan betapa kayanya nafas kehidupan dengan segala lika likunya. Berkat Tuhanmu yang memiliki sifat Pencipta dengan segala pemeliharaanNya, dan bukanlah Pemilik yang mengabaikan. Raja perkasa yang tidak berjarak dengan hamba-hambaNya--bukankah kita selalu bisa menemuinya dan bercakap denganNya kapanpun dan dimanapun kita mau? Kelak ketika perlahan kau memahami bahwa hidup tidak lain semata untuk melabuhkan hati padaNya karena mencintai, Nara, dan menyadari betapa absurdnya ketidakabadian duniawi, mudah-mudahan kita bisa menjadi mereka yang dipelukNya dalam keindahan makna ikhlas

....


chayo, ganbaro, semangat, berkuat !!! :D :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar