Minggu, 29 April 2012
Kamis, 26 April 2012
Di suatu jaman, di suatu tempat. Di suatu siang, di atas bukit dengan
rumput-rumput hijau yang terpotong rapi, terdapat puluhan hewan ternak
yang tampak sedang asyik merumput.
“Hei, kawan apa kabar?!” Sapa seorang lelaki berusia pertengahan dengan tiba-tiba pada seorang pemuda tanggung yang sedang berteduh tak jauh dari hewan-hewan tersebut.
Pemuda tersebut terkejut oleh tepukan di bahunya yang keras, segera menoleh ke sumber suara. Matanya menjadi terbelalak. Ia tak percaya pada tatapannya. Seseorang yang telah lama tak dijumpainya tiba-tiba muncul di hadapannya.
“Kau! Si pengembara bukan? Astaga, telah lama sekali dari waktu itu! Apa kabarmu, sekarang?” tanyanya hampir memekik saking semangatnya, lalu segera merangkul orang di hadapannya.
Lelaki itu tertawa, membalas rangkulan sobat lamanya. “Hahaha. Sudah lama, eh? Kabarku baik-baik saja. Tak ada yang terlalu menarik. Bagaimana denganmu, sobat? Tampak tak ada perubahan juga, eh, setelah sekian tahun tak berjumpa? Masih asyik jadi pengembala?” tanyanya sambil terbahak lepas
Pemuda pengembala ikut tertawa kecil. Sambil melepas rangkulannya, ia menatap lelaki itu sambil tersenyum. “Tak ada yang berubah, huh? Mungkin tidak seperti yang kelihatannya. Hehe,” ia menjawab santai. “Kabarku baik-baik saja, Tuan. Terima kasih telah berkenan menjumpaiku lagi di ujung dunia ini”
Pengembara mengibaskan tangannya, menepis ucapan sang pemuda. “Ah, kau ini, masih saja senang berprosa. Haha. Kau tau, setelah melakukan perjalanan lagi sekian lama, tetap saja aku tidak menemukan orang sepertimu di manapun. Karena itu beberapa waktu lalu aku mendadak merindukanmu, dan taraaa..disinilah aku berada sekarang!” ujarnya lantang dan bersemangat.
Pemuda itu tersenyum, “Hidup bebas yang terlihat menyenangkan, Tuan”
Lelaki itu kembali mengibaskan tangannya, berusaha merendah. Pemuda pengembala itu menatap lelaki dewasa di depannya dengan ketertarikan. “Apa kabar negeri seberang, Tuan? Setelah pembicaraan kita tempo hari yang lalu, apakah ada yang berubah?” tanyanya lembut
Pengembara itu tersenyum simpul, memahami maksud si pemuda. “Well, yah, kau lihat sendiri perubahan pada diriku dari kali terakhir kita bertemu, bukan? Pencarianku akan Tuhan telah berakhir ketika aku bertemu denganmu” ujarnya lalu menatap pemuda itu sambil tersenyum penuh arti. “Dan kau tau, perjalananku atas pencarian kali ini ternyata lebih memusingkan daripada sebelumnya”
“Wah, apakah itu, Tuan, jika aku boleh tau?” tanya pemuda pengembala mulai penasaran.
Pak tua itu berhenti sesaat, sengaja menggoda keingintahuan lawan bicaranya. Sambil menahan geli, ia menatap mata sahabat mudanya. Mata itu, mata seorang anak muda yang jernih namun sarat makna. Ia menggeleng perlahan, rasanya entah kenapa ia tak akan pernah menang melawan kebijaksanaan pemuda ini. Ia pun tersenyum mistis, sebelum berujar, “Kali ini perjalananku adalah… untuk mencari jawaban…. apakah bahagia itu ada?”
Pemuda pengembala membelalak lalu berdecak serta merta “Ya ampun, Tuan. Entah mengapa pencarianmu selalu dalam, dan membuatku iri” ujarnnya tulus sambil tersenyum. “Lalu, apakah Anda telah menemukan jawabannya?” tanyanya, persis pertanyaan yang diajukannya beberapa tahun silam saat bertemu pertama kali di tempat yang sama dengan sekumpulan hewan ternak yang berbeda.
Dijawab oleh si pengembara, dengan jawaban yang serupa dengan saat itu, “Kurasa, teman, kesimpulanku adalah.. bahagia itu tidak ada.”
Mata pemuda itu berkilau, namun masih tersenyum ramah. “Dan bagaimanakah anda sampai pada kesimpulan itu, Tuan?” Pertanyaan yang sama, seakan mereka sedang memutar waktu.
Kali ini, pengembara setengah baya itu melepas sopan santun ala pedesaan. Dengan acuh ia mengangkat bahunya, “Entahlah, semua orang terlihat memaksakan jawabannya setiap kali kutanya. Ada yang mengaku bahagia, tapi ia mengeluh pada hal-hal kecil. Ada yang mengaku tak bahagia, tapi ia menikmati segala hal di sekitarnya. Manusia, sulit sekali dipercaya apa yang ada di benaknya” ujarnya setengah menggerutu
Pemuda itu mendengarkan dengan takjim. “Bila perkataan mereka sulit dipercaya, bagaimana dengan pengamatan Tuan?” tanyanya kemudian masih tetap bernada sopan seperti sebelumnya.
“Pengamatanku?” tanya sang pengembara retoris. Ia berpikir sejenak. Kemudian menjawab yakin, “Semua orang berpura-pura untuk terlihat bahagia”
Pemuda itu tersenyum, tak berniat membantah.
“Menurutmu?” tanya lelaki itu setelah beberapa saat tak ada tanggapan.
Pemuda tanggung itu menggeleng, “Entahlah, Tuan, tampaknya ilmu saya masih kurang cukup mengenai hal ini” ujarnya merendah. “Tapi… izinkan saya bertanya, Tuan.” Lelaki pengembara mengangguk memberi izin.
“Hm. Menurut Anda, Tuan, apakah hewan-hewan yang saya gembalakan berbahagia?”
Pengembara itu terbahak. "Pertanyaan macam itu?" ujarnya balik bertanya. Namun sejurus kemudian ia tampak sedikit berpikir, dan menjawab dengan yakin, "Tentu saja mereka bahagia!”
"Haha, kenapa anda berpendapat begitu, Tuan?"
"Well, jika kau tanya aku, menurutku mereka bahagia karena, pertama, mereka hewan. Tidak banyak kesulitan dalam hidupnya, bukan? Kedua, mereka memilikmu. Seorang tuan yang teliti dan cakap dalam memberikan perlindungan dan juga dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Tidak ada yang perlu mereka pikirkan dan khawatirkan sama sekali!"
Pemuda itu tersenyum,
“Jika begitu, adakah alasan kita tidak bahagia, Tuan? Bukankah masing-masing kita memiliki "Tuan", yaitu Tuhan yang amat teliti dan penuh kuasa untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan kebutuhan kita? Yang begitu kuasa dan Maha Besarnya Ia sampai-sampai permasalahan kita terlihat sepele seperti apa yang kita lihat pada hewan-hewan ternak saya”
Lelaki pengembara itu sedikit tersentak. Ia lalu mengamati kawan di depannya itu lamat-lamat. Kemudian ia berkomentar, "Memang, kau bahagia, teman?"
"Tentu saja!" jawab sang pemuda pengembala tanpa pikir panjang.
"Ah, kau terlalu cepat menjawab, tanpa berpikir dulu" cibir sang pengembara tampak tak percaya. Namun yang dikomentari hanya tersenyum tenang,
"Perlukah berpikir hanya untuk menjawab kita bahagia atau tidak, Tuan? Justru berpikir, menurut saya, hanya mendefinisikan segala kesederhanaan dan kekuatan kebahagiaan itu sendiri."
"Maksudnya?"
Pemuda itu masih tersenyum ramah, "Menurut saya, Tuan, jika kebahagiaan harus diidentikan dengan tercukupinya semua keinginan, mungkin kesimpulan perjalanan Anda benar: bahagia itu tidak ada. Masalahnya, kita semua tahu, kita tidak sedang hidup di surga.” senyumnya mengembang, “Artinya, dengan keberadaan kita di hamparan bumiNya, kita sedang diberi kesempatan untuk melihat keindahan dari sebuah perjalanan yang tak sempurna. Sebuah seni kehidupan dari Pengkarya Tanpa Cela.
Ketika luka ataupun senang yang telah berlalu tak lebih dari sekedal bekal.
Ketika buruk ataukah baik masa depan menjadi sebuah harapan dan alasan untuk berjuang.
Ketika saat ini, adalah sebuah hadiah, karena kita telah mendapatkan kejutannya dengan cuma-cuma tanpa mengerti ada apa dibalik semua bungkus tersebut.
Apakah Tuhan sedang bermain? Tidak, bukan?” ia berhenti tanpa melepas senyum “ Karena itu, saya rasa, jika harus menunggu semua hal tepat sesuai keinginan kita, baru kita mempunyai alasan untuk bahagia, tampak tidak masuk akal, bukan?” lanjutnya ramah.
Pengembara itu tampak berpikir. “Jadi maksudmu…bahagia adalah sebuah pilihan?”
Pemuda itu menggeleng santun, “Bahkan ia bukan suatu pilihan, karena untuk bahagia tidak perlu memiliki alasan. Kita hanya perlu menyambut kehidupan sesuai apa adanya ia.”
Pengembara tersebut masih diam, tampak mempertimbangkan jawaban sang pemuda. Pengembala itu menatapnya dalam, lalu melanjutkan dengan kerendahan hati yang sama,
"Saya iri melihat kehidupan anda yang bebas, Tuan. Terlepas dari bagaimana masa lalu anda yang membuat anda seperti ini. Tapi berkabung atas apa yang telah berlalu atau apa yang belum datang, bukankah membutuhkan energi besar yang tidak perlu? Ide dari ketidaksempurnaan hidup adalah betapa banyaknya faktor yang bisa tidak membahagiakan. Membandingkan dengan orang lain atau waktu lain, terpaku pada angan-angan yang kita ciptakan atas ketidaktahuan kita akan susah senangnya hidup seseorang. Bukankah, itu menariknya perjalanan kita, Tuan? Siapa dan kapankah kesepakatan kebahagiaan itu dibuat? Hanya karena kebanyakan situasi membuat orang mengaku bahagia, bukan berarti arti bahagia untuk stiap orang menjadi sama, bukan? Entah sejak kapan, kita lalu merasa bahagia dan tidak bahagia karena definisi kebahagiaan yang diciptakan orang lain.
Betapa bahagianya makhluk hidup lain di muka bumi ini, hanya karena mereka tidak bisa berpikir. Karena, kesederhanaan dalam memandang yang kita jalani setiap saat adalah kekuatan kebahagiaan itu sendiri." gumamnya.
Dan pengembara itu tersenyum penuh arti, sambil kembali merangkul bahu pemuda sahabat perjalanannya.
“Hei, kawan apa kabar?!” Sapa seorang lelaki berusia pertengahan dengan tiba-tiba pada seorang pemuda tanggung yang sedang berteduh tak jauh dari hewan-hewan tersebut.
Pemuda tersebut terkejut oleh tepukan di bahunya yang keras, segera menoleh ke sumber suara. Matanya menjadi terbelalak. Ia tak percaya pada tatapannya. Seseorang yang telah lama tak dijumpainya tiba-tiba muncul di hadapannya.
“Kau! Si pengembara bukan? Astaga, telah lama sekali dari waktu itu! Apa kabarmu, sekarang?” tanyanya hampir memekik saking semangatnya, lalu segera merangkul orang di hadapannya.
Lelaki itu tertawa, membalas rangkulan sobat lamanya. “Hahaha. Sudah lama, eh? Kabarku baik-baik saja. Tak ada yang terlalu menarik. Bagaimana denganmu, sobat? Tampak tak ada perubahan juga, eh, setelah sekian tahun tak berjumpa? Masih asyik jadi pengembala?” tanyanya sambil terbahak lepas
Pemuda pengembala ikut tertawa kecil. Sambil melepas rangkulannya, ia menatap lelaki itu sambil tersenyum. “Tak ada yang berubah, huh? Mungkin tidak seperti yang kelihatannya. Hehe,” ia menjawab santai. “Kabarku baik-baik saja, Tuan. Terima kasih telah berkenan menjumpaiku lagi di ujung dunia ini”
Pengembara mengibaskan tangannya, menepis ucapan sang pemuda. “Ah, kau ini, masih saja senang berprosa. Haha. Kau tau, setelah melakukan perjalanan lagi sekian lama, tetap saja aku tidak menemukan orang sepertimu di manapun. Karena itu beberapa waktu lalu aku mendadak merindukanmu, dan taraaa..disinilah aku berada sekarang!” ujarnya lantang dan bersemangat.
Pemuda itu tersenyum, “Hidup bebas yang terlihat menyenangkan, Tuan”
Lelaki itu kembali mengibaskan tangannya, berusaha merendah. Pemuda pengembala itu menatap lelaki dewasa di depannya dengan ketertarikan. “Apa kabar negeri seberang, Tuan? Setelah pembicaraan kita tempo hari yang lalu, apakah ada yang berubah?” tanyanya lembut
Pengembara itu tersenyum simpul, memahami maksud si pemuda. “Well, yah, kau lihat sendiri perubahan pada diriku dari kali terakhir kita bertemu, bukan? Pencarianku akan Tuhan telah berakhir ketika aku bertemu denganmu” ujarnya lalu menatap pemuda itu sambil tersenyum penuh arti. “Dan kau tau, perjalananku atas pencarian kali ini ternyata lebih memusingkan daripada sebelumnya”
“Wah, apakah itu, Tuan, jika aku boleh tau?” tanya pemuda pengembala mulai penasaran.
Pak tua itu berhenti sesaat, sengaja menggoda keingintahuan lawan bicaranya. Sambil menahan geli, ia menatap mata sahabat mudanya. Mata itu, mata seorang anak muda yang jernih namun sarat makna. Ia menggeleng perlahan, rasanya entah kenapa ia tak akan pernah menang melawan kebijaksanaan pemuda ini. Ia pun tersenyum mistis, sebelum berujar, “Kali ini perjalananku adalah… untuk mencari jawaban…. apakah bahagia itu ada?”
Pemuda pengembala membelalak lalu berdecak serta merta “Ya ampun, Tuan. Entah mengapa pencarianmu selalu dalam, dan membuatku iri” ujarnnya tulus sambil tersenyum. “Lalu, apakah Anda telah menemukan jawabannya?” tanyanya, persis pertanyaan yang diajukannya beberapa tahun silam saat bertemu pertama kali di tempat yang sama dengan sekumpulan hewan ternak yang berbeda.
Dijawab oleh si pengembara, dengan jawaban yang serupa dengan saat itu, “Kurasa, teman, kesimpulanku adalah.. bahagia itu tidak ada.”
Mata pemuda itu berkilau, namun masih tersenyum ramah. “Dan bagaimanakah anda sampai pada kesimpulan itu, Tuan?” Pertanyaan yang sama, seakan mereka sedang memutar waktu.
Kali ini, pengembara setengah baya itu melepas sopan santun ala pedesaan. Dengan acuh ia mengangkat bahunya, “Entahlah, semua orang terlihat memaksakan jawabannya setiap kali kutanya. Ada yang mengaku bahagia, tapi ia mengeluh pada hal-hal kecil. Ada yang mengaku tak bahagia, tapi ia menikmati segala hal di sekitarnya. Manusia, sulit sekali dipercaya apa yang ada di benaknya” ujarnya setengah menggerutu
Pemuda itu mendengarkan dengan takjim. “Bila perkataan mereka sulit dipercaya, bagaimana dengan pengamatan Tuan?” tanyanya kemudian masih tetap bernada sopan seperti sebelumnya.
“Pengamatanku?” tanya sang pengembara retoris. Ia berpikir sejenak. Kemudian menjawab yakin, “Semua orang berpura-pura untuk terlihat bahagia”
Pemuda itu tersenyum, tak berniat membantah.
“Menurutmu?” tanya lelaki itu setelah beberapa saat tak ada tanggapan.
Pemuda tanggung itu menggeleng, “Entahlah, Tuan, tampaknya ilmu saya masih kurang cukup mengenai hal ini” ujarnya merendah. “Tapi… izinkan saya bertanya, Tuan.” Lelaki pengembara mengangguk memberi izin.
“Hm. Menurut Anda, Tuan, apakah hewan-hewan yang saya gembalakan berbahagia?”
Pengembara itu terbahak. "Pertanyaan macam itu?" ujarnya balik bertanya. Namun sejurus kemudian ia tampak sedikit berpikir, dan menjawab dengan yakin, "Tentu saja mereka bahagia!”
"Haha, kenapa anda berpendapat begitu, Tuan?"
"Well, jika kau tanya aku, menurutku mereka bahagia karena, pertama, mereka hewan. Tidak banyak kesulitan dalam hidupnya, bukan? Kedua, mereka memilikmu. Seorang tuan yang teliti dan cakap dalam memberikan perlindungan dan juga dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Tidak ada yang perlu mereka pikirkan dan khawatirkan sama sekali!"
Pemuda itu tersenyum,
“Jika begitu, adakah alasan kita tidak bahagia, Tuan? Bukankah masing-masing kita memiliki "Tuan", yaitu Tuhan yang amat teliti dan penuh kuasa untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan kebutuhan kita? Yang begitu kuasa dan Maha Besarnya Ia sampai-sampai permasalahan kita terlihat sepele seperti apa yang kita lihat pada hewan-hewan ternak saya”
Lelaki pengembara itu sedikit tersentak. Ia lalu mengamati kawan di depannya itu lamat-lamat. Kemudian ia berkomentar, "Memang, kau bahagia, teman?"
"Tentu saja!" jawab sang pemuda pengembala tanpa pikir panjang.
"Ah, kau terlalu cepat menjawab, tanpa berpikir dulu" cibir sang pengembara tampak tak percaya. Namun yang dikomentari hanya tersenyum tenang,
"Perlukah berpikir hanya untuk menjawab kita bahagia atau tidak, Tuan? Justru berpikir, menurut saya, hanya mendefinisikan segala kesederhanaan dan kekuatan kebahagiaan itu sendiri."
"Maksudnya?"
Pemuda itu masih tersenyum ramah, "Menurut saya, Tuan, jika kebahagiaan harus diidentikan dengan tercukupinya semua keinginan, mungkin kesimpulan perjalanan Anda benar: bahagia itu tidak ada. Masalahnya, kita semua tahu, kita tidak sedang hidup di surga.” senyumnya mengembang, “Artinya, dengan keberadaan kita di hamparan bumiNya, kita sedang diberi kesempatan untuk melihat keindahan dari sebuah perjalanan yang tak sempurna. Sebuah seni kehidupan dari Pengkarya Tanpa Cela.
Ketika luka ataupun senang yang telah berlalu tak lebih dari sekedal bekal.
Ketika buruk ataukah baik masa depan menjadi sebuah harapan dan alasan untuk berjuang.
Ketika saat ini, adalah sebuah hadiah, karena kita telah mendapatkan kejutannya dengan cuma-cuma tanpa mengerti ada apa dibalik semua bungkus tersebut.
Apakah Tuhan sedang bermain? Tidak, bukan?” ia berhenti tanpa melepas senyum “ Karena itu, saya rasa, jika harus menunggu semua hal tepat sesuai keinginan kita, baru kita mempunyai alasan untuk bahagia, tampak tidak masuk akal, bukan?” lanjutnya ramah.
Pengembara itu tampak berpikir. “Jadi maksudmu…bahagia adalah sebuah pilihan?”
Pemuda itu menggeleng santun, “Bahkan ia bukan suatu pilihan, karena untuk bahagia tidak perlu memiliki alasan. Kita hanya perlu menyambut kehidupan sesuai apa adanya ia.”
Pengembara tersebut masih diam, tampak mempertimbangkan jawaban sang pemuda. Pengembala itu menatapnya dalam, lalu melanjutkan dengan kerendahan hati yang sama,
"Saya iri melihat kehidupan anda yang bebas, Tuan. Terlepas dari bagaimana masa lalu anda yang membuat anda seperti ini. Tapi berkabung atas apa yang telah berlalu atau apa yang belum datang, bukankah membutuhkan energi besar yang tidak perlu? Ide dari ketidaksempurnaan hidup adalah betapa banyaknya faktor yang bisa tidak membahagiakan. Membandingkan dengan orang lain atau waktu lain, terpaku pada angan-angan yang kita ciptakan atas ketidaktahuan kita akan susah senangnya hidup seseorang. Bukankah, itu menariknya perjalanan kita, Tuan? Siapa dan kapankah kesepakatan kebahagiaan itu dibuat? Hanya karena kebanyakan situasi membuat orang mengaku bahagia, bukan berarti arti bahagia untuk stiap orang menjadi sama, bukan? Entah sejak kapan, kita lalu merasa bahagia dan tidak bahagia karena definisi kebahagiaan yang diciptakan orang lain.
Betapa bahagianya makhluk hidup lain di muka bumi ini, hanya karena mereka tidak bisa berpikir. Karena, kesederhanaan dalam memandang yang kita jalani setiap saat adalah kekuatan kebahagiaan itu sendiri." gumamnya.
Dan pengembara itu tersenyum penuh arti, sambil kembali merangkul bahu pemuda sahabat perjalanannya.
Minggu, 08 April 2012
menyaringkan bacaan Al-qur'an
"Di antara manfaat menyaringkan bacaan Al-Qur'an adalah para malaikat yang diutus mendengar zikir, akan menyimak bacaan Al-Qur'an. Setan akan lari tunggang langgang menjauh dari orang yang tengah membaca Al-Qur'an. Rumah menjadi suci dan menjadikannya lingkungan yang kondusif untuk pendidikan dan pengajaran"
Demonstran Shalat,Polisi jadi Imam. Apa ada media yg memberitakannya????
Adalah kisah empat lilin, yang satu per satu mulai meleleh dan padam.
Lilin pertama berkata, ''Aku adalah damai, namun manusia tidak mampu
menjaganya. Jadi, lebih baik aku matikan diriku.'' Pet!
Lilin kedua mulai berkata, ''Aku adalah iman.... Sayang, aku tidak
berguna lagi. Manusia tidak mau mengenalku. Tidak ada gunanya kalau
aku tetap menyala.'' Tiupan angin pun mematikannya dalam sekejap.
Ruangan mulai agak gelap.
Lilin ketiga gantian berbicara: ''Aku adalah cinta. Aku tidak lagi
mampu untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan
menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci pada
mereka yang mencintai. Membenci keluarga sendiri.'' Lilin ketiga pun
padam.
Tiba-tiba, masuk seorang bocah ke ruangan itu. Perasaan takutnya
menyergap. Dia pun menangis, takut pada gelap. Tangisan itu tak lama,
karena dihentikan oleh lilin keempat. ''Jangan takut dan jangan
menangis. Selama aku masih ada dan menyala, kita akan selalu dapat
menyalakan ketiga lilin lainnya,'' kata lilin keempat. Itulah
lilin ''harapan''
Lilin pertama berkata, ''Aku adalah damai, namun manusia tidak mampu
menjaganya. Jadi, lebih baik aku matikan diriku.'' Pet!
Lilin kedua mulai berkata, ''Aku adalah iman.... Sayang, aku tidak
berguna lagi. Manusia tidak mau mengenalku. Tidak ada gunanya kalau
aku tetap menyala.'' Tiupan angin pun mematikannya dalam sekejap.
Ruangan mulai agak gelap.
Lilin ketiga gantian berbicara: ''Aku adalah cinta. Aku tidak lagi
mampu untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan
menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci pada
mereka yang mencintai. Membenci keluarga sendiri.'' Lilin ketiga pun
padam.
Tiba-tiba, masuk seorang bocah ke ruangan itu. Perasaan takutnya
menyergap. Dia pun menangis, takut pada gelap. Tangisan itu tak lama,
karena dihentikan oleh lilin keempat. ''Jangan takut dan jangan
menangis. Selama aku masih ada dan menyala, kita akan selalu dapat
menyalakan ketiga lilin lainnya,'' kata lilin keempat. Itulah
lilin ''harapan''
Makassar,29 Maret 2012. Demonstran Shalat,Polisi jadi Imam. Apa ada media yg memberitakannya????
by. Richa Novita
by. Richa Novita
dari Ayah Adjat untuk Teh'Acid ^^ nice :-)
The Only Tool Needed to Create a Spectacular Life
“If all you did was just look for things to appreciate you would live a joyous, spectacular life. If there was nothing else that you ever came to understand other than just look for things to appreciate, it’s the only tool you would ever need to predominantly hook you up with who you really are. That’s all you’d need.”
“Love and appreciation are ...identical vibrations. Appreciation is the vibration of alignment with who-you-are. Appreciation is the absence of everything that feels bad and the presence of everything that feels good. When you focus upon what you want - when you tell the story of how you want your life to be - you will come closer and closer to the vicinity of appreciation, and when you reach it, it will pull you toward all things that you consider to be good in a very powerful way.”
“There are no happier people on this planet than those who decide that they want something, define what they want, get hold of the feeling of it even before its manifestation and then joyously watch the unfolding as, piece by piece by piece, it begins to unfold. That's the feeling of your hands in the clay.”
- Abraham Hicks (Source Level Nonphysical Energy Beings)
“If all you did was just look for things to appreciate you would live a joyous, spectacular life. If there was nothing else that you ever came to understand other than just look for things to appreciate, it’s the only tool you would ever need to predominantly hook you up with who you really are. That’s all you’d need.”
“Love and appreciation are ...identical vibrations. Appreciation is the vibration of alignment with who-you-are. Appreciation is the absence of everything that feels bad and the presence of everything that feels good. When you focus upon what you want - when you tell the story of how you want your life to be - you will come closer and closer to the vicinity of appreciation, and when you reach it, it will pull you toward all things that you consider to be good in a very powerful way.”
“There are no happier people on this planet than those who decide that they want something, define what they want, get hold of the feeling of it even before its manifestation and then joyously watch the unfolding as, piece by piece by piece, it begins to unfold. That's the feeling of your hands in the clay.”
- Abraham Hicks (Source Level Nonphysical Energy Beings)
bekal untuk "memilih"
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Nak, ramadhan memasuki 10 hari terakhir, Maafkan sudah lama ummi tak menulis pesan-pesan hidup untukmu. Kali ini umi ingin bercerita tentang takdir jodoh. Ummi tak tahu siapa kelak jodohmu dan dengan cara apa kau bertemu dengan pasangan duniamu, namun bolehkan umi bercerita hikmah tentang maha besarnya Allah yang mengatur masalah pertemuan 2 hati manusia dengan keindahan takdirnya
Nak, jika kau bertanya: "Kapan saya menikah?"
Adalah takdir yang bisa menjawabnya
Takdir tak bisa datang segera saat kita pinta, atau malah mendekat kala kita belum siap.
Remah cerita tentang perjalanan seseorang meraih pasangan dunia nya selalu memberikan pembelajaran tersendiri untuk umi, sepanjang umi pernah membantu proses taaruf beberapa ikhwan dan akhwat..., yang paling membuat umi terharu adalah betapa Allah Maha besar dengan cara-Nya mempertemukan hamba-hambanya yang shalih...memiliki niatan yang sama untuk menjalani jalan pernikahan hanya untuk Allah dan agamanya, maka setiap proses itu selalu saja dimudahkan dan berbuah manis...
Unik...kadang membuat kening berkerut dan takjub, kok bisaa yaa mereka dipertemukan dengan sangat indahnya? padahal...tanpa mengenal, tanpa ada interaksi yang panjang dan intens. Duhai Allah...Engkau kuasa dengan ilmu-Mu yang tak terjangkau manusia...kau letakkan kesamaan, keridhoan 2 hati, 2 keluarga,2 kebiasaan, 2 tradisi, 2 perbedaan dengan 1 kemuliaan bernama pernikahan
Suatu waktu Umi pernah dibuat takjub dengan proses ikhwan dan akhwat yang umi dan abi proses sedari mula. diawali dengan tuntunan Allah dalam hati kami, masih ingat waktu itu abi pernah berkata, " mi, kayanya akh fulan cocok deh dengan akhwat fulanah", lalu umi istikharah, dan Allah menuntun hati umi pada pikiran yang sama dengan abi, akhirnya kami coba pertemukan 2 orang ikhwan akhwat ini. saat bertukar biodata, kita dibuat kaget, ikhwan dan akhwat ini ternyata memiliki riwayat keluarga yang sama. mereka sama2 memiliki orangtua single parent karena perceraian, padahal ketika awal proses, kitai tak mengetahui sedikitpun ttg latar belakang yg sama ini.yang akhirnya yg membuat mereka yakin untuk bersatu adalah karena Allah dan tujuan saling menguatkan. Subhanallah, umi dan abi tersenyum nak, dan hingga kini mereka hidup bahagia dalam genggaman takdir Allah yang indah
Kali lain, Umi dan abi memproses dua orang, dengan bekal keyakinan dalam hati akan kecocokan 2 orang ini.dan saat membaca 2 biodata mereka.Haru membuncah, ternyata mereka punya 2 impian yang sama tentang proyek peradabannya, nyaris identik...maka,umi dan abi yakin mereka akan bisa membangun sesuatu yang besar untuk agama ini jika dipersatukan.Dan memang, Allah yang mengatur segalanaya, semua mudah,semua lapang, semua berujung manis. meski pada awalnya mereka tak saling mengenal sama sekali, tak pernah bertatap muka, tak pernah berkomunikasi. Hanya takdir Allah yang membuat semua terjadi dengan mudahnya...
Dan ketakjuban yang lain, umi pernah mendengan 1 cerita hebat ttg takdir jodoh, seorang ikhwan dan akhwat pernah tergelincir dalam hubungan pacaran kala mereka sama2 jahiliyah. dan saat kuliah mereka menemukan Allah dalam pencarian masing2. Sang ikhwan bertekad akan melpakan sang akhwat meski terselip harap untuk Allah pertemukan, namun ia takut jika Allah tak memberkahi perikahan yang diawali sesuatu yg tak diridhoinya. Bismillah, akhirnya ia sampaikan keinginan utk menikah pada pembinanya dan tawakal siapapun yang akan Allah berikan untuk jodohnya meski bukan wanita masa lalunya. ditempat lain, akhwat yang pernah memiliki masa lalu dg ikhwan tadi memiliki lintasan hati yang sama, ia harus mulai melupakan kenangan masa lalu, dan bersiap menerima masa depan yang baru dengan orang yg baru dalam kehidupannya, ia pasrahkan semua pada Allah...Namun apa yang terjadi, 2 orang murabbi dan murabbiyah yang tak tahu menahu ttg kisah masa lalu mereka mempertemukan mereka dalam penawaran taaruf untuk menikah! mereka sudah dipisahkan jarak yang begitu jauh, mereka uzlah, hijrah untuk menggapai keridhoan Allah. Namun keridhoan Allah atas niat mulia itulah yang membuat mereka dipertemukan lagi dengan cara yang lebih mulia , lebih berkah, dan akhirnya mereka dipersatukan dalam ikatan suci...Duh, Allah yg menggenggam takdir seseorang, sekalipun seseorang prnah jatuh dalam kekhilafan, Cara Allah memaafkan begitu melegakan, Allah berikan hadiah bagi orang yang pasrah dan tawakal akan jodoh terbaiknya...
Dan banyak kisah2 lain yang terkadang membuat air mata umi menetes,Nak. Betapa mulianya Allah mengatur tentang pernikahan. Hingga sesuatu yang tak mungkin akan menjadi mungkin dengan iradahnya.Bahkan kala hitung-hitungan manusia mengatakan ini tak mungkin, namun Allah memiliki hitungan terbaik di arasy nya.semua terjadi dengan kun fayakun Nya...Subhanallah...
Maka, haruskah ada lagi kekhawatiran akan siapa teman hidupmu kelak, Anakku?
jika Allah saja jaminkan dalam surat cinta-Nya, bahwa "laki2 baik untuk wanita yang baik2", bahkan kalimat ini sampai diulang 2 kali, untuk menegaskan bahwa Allah memberitahu hambanya bahwa jodoh yang kita inginkan adalah gambaran diri kita sendiri.
Maka jika Kau ingin mendapat suami sekualitas Ali maka kita harus berjuang menjadi sekualitas Fatimah,meski harus jatuh bangun dan terseok-seok, namun Allah maha Tahu perjuangan kita untuk menjadi hanmaNya yang baik dan pantas untuk pasangan terbaik.
Karena Keniscayaan Allah yang akan pertemukan kita dengan manusia sekualitas dengan diri kita, dari amalan ibadahnya, pemahamannya, potensinya, impiannya, cita-citanya, pandangan hidupnya, bahkan kebiasaan-kebiasaannya. Maka bisakah kau mendapatkan yang terbaik jika kita tak kunjung membenahi ibadah, pemahaman akan jalan ini, impian, potensi dan cita2 dunia dan akhirat kita...?,
dan anakku, ini bukan cerita tentang pamrih.Kita perbaiki diri kita hanya karena 1 tujuan : pasangan hidup. Tak sesederhana itu. Tujuan utama perbaikan diri kita haruslah karena Allah dan agamanya. mebangun kebermaknaan diri agar bermakna bagi ummat manusia. Maka insyaallah kita akan menemukan pasangan yang akan berpikir sama: orang yang terbiasa berbuat untuk banyak orang!
Anakku sayang, umi sellau lantunkan doa dalam setiap shalat umi,meski kau masih sangat belia, agar kau mendapat pasangan hidup yang sekualitas Ali saat kualitas dirimu sehebat Fatimah. Maka dengarkan kata2 umi: tak ada lagi kebahagiaan dunia jika kau sudah temukan imam yang dapat mengajakmu tinggal disurga, bahkan menjadikan dunia seperti surga sebelum kalian menginjakkan kaki di surga sesungguhnya.
Saat kau telah dipertemukan Allah dengan jodohmu, urusan tak lantas menjadi selesai. Kalian harus berjuang untuk menjadi pasangan akhirat kelak. Tak mudah menjadi pasangan dunia-akhirat. Karena semua harus dijalani dengan kesamaan frekuensi dalam keimanan, kesabaran, ketaatan pada Allah selama di dunia. Jika satu saja berbelok dari ketaatan dan tujuan surga, maka bisa jadi 2 orang pasangan dunia tak menjadi menjadi pasangan akhirat. Duh, berat anakku, takut sekali jika umi berbicara tentang hal ini, umi takut dunia begitu melenakan sehingga membuat umi dan abi lupa akan cita-cita surga. maka doakan umi dan abi pun tak hanya menjadi pasangan dunia saja namun menjadi pasangan akhirat yang bisa seindah bidadari...
Anakku...
Terakhir kali umi ingin mengatakan padamu, carilah lelaki yang memiliki impian yan keinginan yang begitu besar akan surga, Karena jika kau bertemu lelaki semacam ini. Semua langkah hidup, pilihan, keputusan untuk diri dan keluarganya akan disandarkan pada Allah pemilik surga. Jangan hanya mencari lelaki hanya karena mapan, prestise, dan kemuliaan yang dicanangkan orang, namun hatinya tak dekat dengan Allah, tak dekat dengan mesjid, tak dekat dengan orang dhuafa. Karena lelaki seperti ini hanya akan membuat kau tersenyum saat di dunia namun menangis di akhirat kelak...
Umi yakin kau akan tumbuh menjadi anak yang tahu betul tentang apa yang harus dilakukan untuk menjadi hamba-Nya yang terbaik dengan jalan pernikahanmu kelak...Semoga kau bertemu dengan lelaki pendamba surga seperti abimu, insyaallah....:')
Peluk cium ummi Teruntuk :
- buah hati,amanah terindah bekalku untuk ke surga : Kahla Almeera Qaulan Tsaqiila, "Ummi mencintaimu seperti ummi mencintai surga"...:')
- Adik-adikku yang dalam perjuangan mencari jodoh terbaik dari Allah, yakinlah bahwa Allah takkan pernah salah, Allah akan hadirkan pasangan terbaik kala ruhiyah kita ada dalam keadaan mencintai Allah dengan amat sangat:'), berbicara pernikahan bukan sesuatu yang melo, dek. Karena menikah adalah salah satu pencapaian sempurnanya akidah,setengah din kita sempurna dengan menikah. maka jika kita tak sungguh2 merancang ini untuk masa depan surga kita, apalah jadinya nasib kita di akhirat kita nanti?, Jangan takut, jangan menyerah...Allah bersama hambanya yang gigih berjuang mengharap Ridha-Nya...
Nak, ramadhan memasuki 10 hari terakhir, Maafkan sudah lama ummi tak menulis pesan-pesan hidup untukmu. Kali ini umi ingin bercerita tentang takdir jodoh. Ummi tak tahu siapa kelak jodohmu dan dengan cara apa kau bertemu dengan pasangan duniamu, namun bolehkan umi bercerita hikmah tentang maha besarnya Allah yang mengatur masalah pertemuan 2 hati manusia dengan keindahan takdirnya
Nak, jika kau bertanya: "Kapan saya menikah?"
Adalah takdir yang bisa menjawabnya
Takdir tak bisa datang segera saat kita pinta, atau malah mendekat kala kita belum siap.
Remah cerita tentang perjalanan seseorang meraih pasangan dunia nya selalu memberikan pembelajaran tersendiri untuk umi, sepanjang umi pernah membantu proses taaruf beberapa ikhwan dan akhwat..., yang paling membuat umi terharu adalah betapa Allah Maha besar dengan cara-Nya mempertemukan hamba-hambanya yang shalih...memiliki niatan yang sama untuk menjalani jalan pernikahan hanya untuk Allah dan agamanya, maka setiap proses itu selalu saja dimudahkan dan berbuah manis...
Unik...kadang membuat kening berkerut dan takjub, kok bisaa yaa mereka dipertemukan dengan sangat indahnya? padahal...tanpa mengenal, tanpa ada interaksi yang panjang dan intens. Duhai Allah...Engkau kuasa dengan ilmu-Mu yang tak terjangkau manusia...kau letakkan kesamaan, keridhoan 2 hati, 2 keluarga,2 kebiasaan, 2 tradisi, 2 perbedaan dengan 1 kemuliaan bernama pernikahan
Suatu waktu Umi pernah dibuat takjub dengan proses ikhwan dan akhwat yang umi dan abi proses sedari mula. diawali dengan tuntunan Allah dalam hati kami, masih ingat waktu itu abi pernah berkata, " mi, kayanya akh fulan cocok deh dengan akhwat fulanah", lalu umi istikharah, dan Allah menuntun hati umi pada pikiran yang sama dengan abi, akhirnya kami coba pertemukan 2 orang ikhwan akhwat ini. saat bertukar biodata, kita dibuat kaget, ikhwan dan akhwat ini ternyata memiliki riwayat keluarga yang sama. mereka sama2 memiliki orangtua single parent karena perceraian, padahal ketika awal proses, kitai tak mengetahui sedikitpun ttg latar belakang yg sama ini.yang akhirnya yg membuat mereka yakin untuk bersatu adalah karena Allah dan tujuan saling menguatkan. Subhanallah, umi dan abi tersenyum nak, dan hingga kini mereka hidup bahagia dalam genggaman takdir Allah yang indah
Kali lain, Umi dan abi memproses dua orang, dengan bekal keyakinan dalam hati akan kecocokan 2 orang ini.dan saat membaca 2 biodata mereka.Haru membuncah, ternyata mereka punya 2 impian yang sama tentang proyek peradabannya, nyaris identik...maka,umi dan abi yakin mereka akan bisa membangun sesuatu yang besar untuk agama ini jika dipersatukan.Dan memang, Allah yang mengatur segalanaya, semua mudah,semua lapang, semua berujung manis. meski pada awalnya mereka tak saling mengenal sama sekali, tak pernah bertatap muka, tak pernah berkomunikasi. Hanya takdir Allah yang membuat semua terjadi dengan mudahnya...
Dan ketakjuban yang lain, umi pernah mendengan 1 cerita hebat ttg takdir jodoh, seorang ikhwan dan akhwat pernah tergelincir dalam hubungan pacaran kala mereka sama2 jahiliyah. dan saat kuliah mereka menemukan Allah dalam pencarian masing2. Sang ikhwan bertekad akan melpakan sang akhwat meski terselip harap untuk Allah pertemukan, namun ia takut jika Allah tak memberkahi perikahan yang diawali sesuatu yg tak diridhoinya. Bismillah, akhirnya ia sampaikan keinginan utk menikah pada pembinanya dan tawakal siapapun yang akan Allah berikan untuk jodohnya meski bukan wanita masa lalunya. ditempat lain, akhwat yang pernah memiliki masa lalu dg ikhwan tadi memiliki lintasan hati yang sama, ia harus mulai melupakan kenangan masa lalu, dan bersiap menerima masa depan yang baru dengan orang yg baru dalam kehidupannya, ia pasrahkan semua pada Allah...Namun apa yang terjadi, 2 orang murabbi dan murabbiyah yang tak tahu menahu ttg kisah masa lalu mereka mempertemukan mereka dalam penawaran taaruf untuk menikah! mereka sudah dipisahkan jarak yang begitu jauh, mereka uzlah, hijrah untuk menggapai keridhoan Allah. Namun keridhoan Allah atas niat mulia itulah yang membuat mereka dipertemukan lagi dengan cara yang lebih mulia , lebih berkah, dan akhirnya mereka dipersatukan dalam ikatan suci...Duh, Allah yg menggenggam takdir seseorang, sekalipun seseorang prnah jatuh dalam kekhilafan, Cara Allah memaafkan begitu melegakan, Allah berikan hadiah bagi orang yang pasrah dan tawakal akan jodoh terbaiknya...
Dan banyak kisah2 lain yang terkadang membuat air mata umi menetes,Nak. Betapa mulianya Allah mengatur tentang pernikahan. Hingga sesuatu yang tak mungkin akan menjadi mungkin dengan iradahnya.Bahkan kala hitung-hitungan manusia mengatakan ini tak mungkin, namun Allah memiliki hitungan terbaik di arasy nya.semua terjadi dengan kun fayakun Nya...Subhanallah...
Maka, haruskah ada lagi kekhawatiran akan siapa teman hidupmu kelak, Anakku?
jika Allah saja jaminkan dalam surat cinta-Nya, bahwa "laki2 baik untuk wanita yang baik2", bahkan kalimat ini sampai diulang 2 kali, untuk menegaskan bahwa Allah memberitahu hambanya bahwa jodoh yang kita inginkan adalah gambaran diri kita sendiri.
Maka jika Kau ingin mendapat suami sekualitas Ali maka kita harus berjuang menjadi sekualitas Fatimah,meski harus jatuh bangun dan terseok-seok, namun Allah maha Tahu perjuangan kita untuk menjadi hanmaNya yang baik dan pantas untuk pasangan terbaik.
Karena Keniscayaan Allah yang akan pertemukan kita dengan manusia sekualitas dengan diri kita, dari amalan ibadahnya, pemahamannya, potensinya, impiannya, cita-citanya, pandangan hidupnya, bahkan kebiasaan-kebiasaannya. Maka bisakah kau mendapatkan yang terbaik jika kita tak kunjung membenahi ibadah, pemahaman akan jalan ini, impian, potensi dan cita2 dunia dan akhirat kita...?,
dan anakku, ini bukan cerita tentang pamrih.Kita perbaiki diri kita hanya karena 1 tujuan : pasangan hidup. Tak sesederhana itu. Tujuan utama perbaikan diri kita haruslah karena Allah dan agamanya. mebangun kebermaknaan diri agar bermakna bagi ummat manusia. Maka insyaallah kita akan menemukan pasangan yang akan berpikir sama: orang yang terbiasa berbuat untuk banyak orang!
Anakku sayang, umi sellau lantunkan doa dalam setiap shalat umi,meski kau masih sangat belia, agar kau mendapat pasangan hidup yang sekualitas Ali saat kualitas dirimu sehebat Fatimah. Maka dengarkan kata2 umi: tak ada lagi kebahagiaan dunia jika kau sudah temukan imam yang dapat mengajakmu tinggal disurga, bahkan menjadikan dunia seperti surga sebelum kalian menginjakkan kaki di surga sesungguhnya.
Saat kau telah dipertemukan Allah dengan jodohmu, urusan tak lantas menjadi selesai. Kalian harus berjuang untuk menjadi pasangan akhirat kelak. Tak mudah menjadi pasangan dunia-akhirat. Karena semua harus dijalani dengan kesamaan frekuensi dalam keimanan, kesabaran, ketaatan pada Allah selama di dunia. Jika satu saja berbelok dari ketaatan dan tujuan surga, maka bisa jadi 2 orang pasangan dunia tak menjadi menjadi pasangan akhirat. Duh, berat anakku, takut sekali jika umi berbicara tentang hal ini, umi takut dunia begitu melenakan sehingga membuat umi dan abi lupa akan cita-cita surga. maka doakan umi dan abi pun tak hanya menjadi pasangan dunia saja namun menjadi pasangan akhirat yang bisa seindah bidadari...
Anakku...
Terakhir kali umi ingin mengatakan padamu, carilah lelaki yang memiliki impian yan keinginan yang begitu besar akan surga, Karena jika kau bertemu lelaki semacam ini. Semua langkah hidup, pilihan, keputusan untuk diri dan keluarganya akan disandarkan pada Allah pemilik surga. Jangan hanya mencari lelaki hanya karena mapan, prestise, dan kemuliaan yang dicanangkan orang, namun hatinya tak dekat dengan Allah, tak dekat dengan mesjid, tak dekat dengan orang dhuafa. Karena lelaki seperti ini hanya akan membuat kau tersenyum saat di dunia namun menangis di akhirat kelak...
Umi yakin kau akan tumbuh menjadi anak yang tahu betul tentang apa yang harus dilakukan untuk menjadi hamba-Nya yang terbaik dengan jalan pernikahanmu kelak...Semoga kau bertemu dengan lelaki pendamba surga seperti abimu, insyaallah....:')
Peluk cium ummi Teruntuk :
- buah hati,amanah terindah bekalku untuk ke surga : Kahla Almeera Qaulan Tsaqiila, "Ummi mencintaimu seperti ummi mencintai surga"...:')
- Adik-adikku yang dalam perjuangan mencari jodoh terbaik dari Allah, yakinlah bahwa Allah takkan pernah salah, Allah akan hadirkan pasangan terbaik kala ruhiyah kita ada dalam keadaan mencintai Allah dengan amat sangat:'), berbicara pernikahan bukan sesuatu yang melo, dek. Karena menikah adalah salah satu pencapaian sempurnanya akidah,setengah din kita sempurna dengan menikah. maka jika kita tak sungguh2 merancang ini untuk masa depan surga kita, apalah jadinya nasib kita di akhirat kita nanti?, Jangan takut, jangan menyerah...Allah bersama hambanya yang gigih berjuang mengharap Ridha-Nya...
Langganan:
Postingan (Atom)